Resensi Novel Animal Farm, George Orwell

Mei 04, 2020


Animal Farm : Kemerdakaan dan Babi - Babi Lainnya

Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.

Tak lama, pemberontakan benar-benar terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan... walau harus dengan kekerasan.

Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totalitarisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award (1996) untuk novela terbaik dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.

Judul : Animal Farm

Penulis : George Orwell

Penerbit : Bentang

Penerjemah : Bakdi Soemanto

Cetakan Pertama : Januari 2015

ISBN : 978-602-391-415-9

Tebal : 140 Halaman

Kalau saya pikirkan lagi, membaca novel ini membuat saya berpikir ‘apa sih artinya kemerdekaan itu kalau kita malah harus bekerja lebih keras dibanding saat kita masih dijajah?’ Atau jangan-jangan kemerdekaan itu sebenarnya cuma kata pengingat bahwa kita telah lepas dari si penjajah dan pembesar hati kalau perjuangan kita telah berhasil? Namun kenyataannya, kita sebenarnya masih sama sengsaranya.

Para binatang di Peternakan Manor  telah berhasil mengusir pemilik mereka, Pak Jones, beberapa waktu setelah Major si babi tua menceritakan tentang mimpinya bahwa kelak para binatang akan merdeka dari kekuasaan manusia.  Pak Jones diibaratkan sebagai penjajah, yang memeras tenaga para hewan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sebelum pemberontakan, beberapa binatang tidak setuju jika mereka harus melawan Pak Jones, karena mereka berpikir Pak Jones adalah ‘Tuan’ dan yang memberi mereka makan. Namun setelah pemberontakan hewan-hewan tersebut didoktrin untuk membenci semua manusia dengan semboyan ‘kaki empat baik kaki dua jahat’.

Para binatang kemudian dipimpin oleh Snowball dan Napoleon. Namun seperti dikatakan di bagian sampul bukunya, dualisme kekuasaan tidak bisa dibiarkan. Napoleon menendang Snowball dari peternakan dan menjadikan dirinya sebagai pemimpin tunggal. Ia kemudian menjadi sangat otoriter, menentang seluruh prinsip binatangisme yang telah mereka buat dan membuat sebuah kondisi dimana para babi memiliki derajat yang lebih tinggi dari binatang lainnya.

Di sepanjang cerita, Napoleon sungguh akan membuat kita geram dengan seluruh kebijakannya. Pada titik itu saya jadi bertanya-tanya, begitukah tabiat asli para pemimpin negara? Napoleon dengan mudah membodohi semua hewan (kecuali babi) untuk tidak mempertanyakan setiap kebijakan yang ia buat. Dan yang lebih bikin gemas, hewan-hewan itu begitu bodohnya mau menerima seluruh kebijakan yang menyengsarakan mereka dan hanya mengutamakan kepentingan para babi.

Buku ini akan semakin menyadarkan kita bahwa kekuasaan sangat mudah disalahgunakan. Rakyat sejatinya adalah alat para pemimpin negara untuk untuk mensejahterkan diri mereka sendiri dan kaum mereka. Tidak ada kemerdekaan bagi para binatang, entah itu dibawah kekuasaan Jones atau dibawah pimpinan Napoleon. Rakyat sama-sama harus bekerja keras. Kemerdekaan hanya kata manis untuk membuat kita berbesar hati meskipun hidup sengsara.

Buku ini sangat bagus untuk kamu baca terlebih bagi yang belum tahu (seperti saya) betapa menyebalkannya dunia politik itu. Seperti dalam buku ini, tujuan utama pemberontakan terhadap Jones adalah untuk mencapai ‘kemerdekaan’ dan kesetaraan dari para binatang. Mereka tidak ingin lagi diperlakukan seperti budak yang setiap hari bekerja keras tapi makan sedikit. Namun, kemerdekaan yang mereka dapatkan ternyata melenceng begitu jauh dari apa yang mereka bayangkan.


You Might Also Like

0 komentar

About Me

Like us on Facebook

Popular Posts